Rabu, 14 April 2010

EFEK IMUNISASI PADA BAYI

Beberapa hari lalu, si iyeng abis di-imunisasi DPT. Wah, efeknya jadi demam, panas. Sempet ditawari juga, mau yang panas apa yang enggak? (kok kayak pesen minum….) Lha Saya gak ngerti, Saya jawab yang biasa aja. Ternyata setelah melihat efeknya, adhuh, kasian. Imunisasi berikutnya mau pake yang gak panas, mahal biarin. Tapi ….
Benarkah Imunisasi Justru Membuat Anak Sakit?
Imunisasi bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun tetap saja sampai kini banyak orangtua yang masih ragu-ragu dalam memutuskan apakah anaknya akan diimunisasi atau tidak.
Kebingungan tersebut sebenarnya cukup beralasan, banyak selentingan dan mitos yang kontroversial beredar, mulai dari alergi, autis, hingga kejang-kejang akibat diimunisasi. Namun, jika para orangtua mengetahui informasi penting sebelum imunisasi, sebenarnya risiko-risiko tersebut bisa dihindari. Apa saja yang perlu diketahui orangtua?
Banyaknya penyakit baru yang menular dan mematikan serta penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia. Selain gaya hidup sehat dan menjaga kebersihan, imunisasi merupakan cara untuk melindungi anak-anak dari bahaya penyakit menular.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr.Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial, FKUI, RSCM. “Vaksinasi akan meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah tertularnya penyakit tertentu,”katanya.
Di Indonesia, ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak-anak, yakni BCG, polio, campak, DTP, dan hepatitis B. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), kelima jenis vaksin tersebut diwajibkan karena dampak dari penyakit tersebut bisa menimbulkan kematian dan kecacatan. Selain yang diwajibkan, ada pula jenis vaksin yang dianjurkan, misalnya Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela.
Harus Fit
Sebelum anak diimunisasi, ada beberapa kondisi yang membuat imunisasi sebaiknya ditunda, yakni saat anak sedang panas tinggi, sedang minum prednison dosis tinggi, sedang mendapat obat steroid, dalam jangka waktu 3 bulan terakhir baru mendapat transfusi darah atau suntikan imunoglobulin.
Intinya si kecil harus dalam kondisi sehat sebelum diimunisasi agar antibodinya bekerja. Imunisasi adalah pemberian virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh untuk membentuk antibodi (kekebalan). Jika anak sakit dimasuki kuman atau virus lain dalam vaksin, maka kerja tubuh menjadi berat dan kekebalannya tidak tinggi.
“Kalau hanya batuk pilek sedikit atau diare sedikit tidak apa-apa diberi imunisasi, tapi jika bayi sangat rewel sebaiknya ditunda satu-dua minggu,”papar Seodjatmiko. Soedjatmiko menyarankan agar orangtua memberitahukan pada dokter atau petugas imunisasi jika vaksin terdahulu memiliki efek samping, misalnya bengkak, panas tinggi atau kejang.
Sesudah imunisasi
Menurut Seodjatmiko, setiap vaksin memiliki reaksi berbeda-beda, tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas tiap anak. Berikut reaksi yang mungkin timbul setelah anak diimunisasi dan bagaimana solusinya.
BCG
Setelah 4-6 minggu di tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang akan pecah, bentuknya seperti koreng. Reaksi ini merupakan normal. Namun jika koreng membesar dan timbul kelenjar pada ketiak atau lipatan paha, sebaiknya anak segera dibawa kembali ke dokter. Untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan antiseptik.
DPT
Reaksi lokal yang mungkin timbul adalah rasa nyeri, merah dan bengkak selama satu-dua hari di bekas suntikan. Untuk mengatasinya beri kompres hangat. Sedangkan reaksi umumnya antara lain demam dan agak rewel. Berikan si kecil obat penurun panas dan banyak minum ASI.
Kini sudah ada vaksin DPT yang tidak menimbulkan reaksi apapun, baik lokal maupun umum, yakni vaksin DtaP (diphtheria, tetanus, acellullar pertussis), sayangnya hariga vaksin ini jauh lebih mahal dari vaksin DPT.
Campak
5-12 hari setelah anak mendapat imunisasi campak, biasanya anak akan demam dan timbul bintik merah halus di kulit. Para ibu tidak perlu mengkhawatirkan reaksi ini karena ini sangat normal dan akan hilang dengan sendirinya.
MMR (Mumps, Morbilli, Rubella)
Reaksi dari vaksin ini biasanya baru muncul tiga minggu kemudian, berupa bengkak di kelenjar belakang telinga. Untuk mengatasinya, berikan anak obat penghilang nyeri.
Orangtua yang membawa anaknya untuk diimunisasi dianjurkan untuk tidak langsung pulang, melainkan menunggu selama 15 menit setelah anak diimunisasi, sehingga jika timbul suatu reaksi bisa langsung ditangani.
Bagaimana jika orangtua lupa pada jadwal vaksinasi anak? Menurut Soedjatmiko hal itu tidak menjadi masalah dan tidak perlu mengulang vaksin dari awal. “Tidak ada itu istilah hangus. Sel-sel memori dalam tubuh mampu mengingat dan akan merangsang kekebalan bila diberikan imunisasi berikutnya,” katanya. Untuk mengejar ketinggalan, dokter biasanya akan memberi vaksin kombinasi.
Meskipun seorang anak sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap, bukan berarti ia tidak akan tertular penyakit, namun penyakitnya lebih ringan dan tidak terlalu berbahaya. “Dampak dari penyakitnya lebih ringan, kemungkinan meninggal, cacat dan lumpuh juga bisa dihindari,”kata dokter yang juga menjadi Satgas Imunisasi PP IDAI ini.
Pilihan memang ada di tangan orangtua, tetapi bagaimanapun tugas orangtua adalah untuk melindungi anaknya, dan imunisasi adalah cara yang penting untuk mencegah si kecil dari serangan penyakit. Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati?

PUSKESMAS SEBAGAI AGEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Posted: 13 Apr 2010 05:53 AM PDT
Lebih dari tiga dasawarsa Republik Indonesia mencoba berupaya menyelesaikan persoalan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan R.I telah mengembangkan berbagai inovasi strategi peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih efektif, efisien dan terpadu. Gagasan-gagasan baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba namun demikian faktanya adalah kualitas pelayanan kesehatan di Negara Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan Negara tetangga. Berbicara mengenai data kesehatan agak membuat kita miris ketika ada temuan bahwa negara kita menduduki peringkat atas dalam hal jumlah kematian bayi diantara anggota SEAMIC (Sout East Asia Medical Center). Sebagian masyarakat masih mempunyai kesulitan dalam memperoleh derajat pelayanan kesehatan yang optimal.

Desentralisasi permasalahan kesehatan di tingkat nasional ke daerah merupakan inovasi yang patut disambut dengan baik untuk menanggulangi berbagai masalah kesehatan seperti disparitas pelayanan kesehatan yang masih tinggi, rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin, rendahnya kondisi kesehatan lingkungan, birokratisasi pelayanan Puskesmas, dan minimnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010, dibutuhkan strategi pengorganisasian komunitas yang terpadu.

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi mempunyai kewenangan yang besar dalam mencipta inovasi model pelayanan kesehatan di aras basis. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan kemauan untuk meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dengan melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien di Puskesmas, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK, pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistem kesehatan yang komprehensif, serta memperbaiki sistem informasi pada semua tingkatan pemerintah.

Fungsi Puskesmas terdiri dari tiga yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dari fungsi Puskesmas ini jelas peran Puskesmas bukan saja persoalan teknis medis tetapi juga bagaimana keterampilan sumber daya manusia yang mampu mengorganisir modal sosial yang ada di masyarakat. Fungsi dan peran Puskesmas sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil membutuhkan strategi dalam hal pengorganisasian masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri.

PEMBAHASAN

Revitalisasi Puskesmas melalui strategi pengorganisasian masyarakat mempunyai misi untuk mengoptimalkan fungsi dan kinerja Puskesmas terutama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat di aras komunitas basis. Sumber daya manusia yang ada di Puskesmas selain menguasai teknis mengenai penanganan permasalahan kesehatan sebaiknya juga dibekali dengan penguasaan keterampilan untuk melakukan pengorganisasian komunitas.

Pengorganisasian masyarakat merupakan proses untuk membangun kekuatan komunitas dengan melibatkan anggota masyarakat sebanyak mungkin melalui proses menemukan modal sosial, problematika, merumuskan alternatif pemecahan masalah –dalam hal ini kesehatan- serta membangun institusi sosial yang demokratis, berdasarkan aspirasi, keinginan, kekuatan dan potensi yang tumbuh dalam komunitas. Tujuan proses pengorganisasian komunitas dalam merevitalisasi peran Puskesmas antara lain:
Membangun kekuatan masyarakat: Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk mendorong secara efektif modal sosial masyarakat agar mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan dalam hal kesehatan secara mandiri. Melalui proses pengorganisasian, masyarakat diharapkan mampu belajar untuk menyelesaikan ketidakberdayaannya dan mengembangkan potensinya dalam mengontrol kesehatan lingkungannya dan memulai untuk menentukan sendiri upaya-upaya strategis di masa depan;
Memperkokoh kekuatan komunitas basis: Pengorganisasian masyarakat bertujuan untuk membangun dan menjaga keberlanjutan kelompok-kelompok kesehatan (Posyandu, Polindes, Dokter Kecil dan lainnya) yang kokoh yang dapat memberikan pelayanan terhadap permasalahan-permasalahan dan memfasilitasi aspirasi tentang permasalahan kesehatan di aras komunitas basis. Organisasi di aras komunitas dapat menjamin tingkat partisipasi, pada saat bersamaan, mengembangkan dan memperjumpakan dengan organisasi atau kelompok lain untuk semakin memperkokoh kekuatan komunitas;
Membangun aliansi: Puskesmas dan kelompok kesehatan di aras komunitas harus membangun dan tergabung dalam aliansi-aliansi strategis untuk menambah proses pembelajaran dan menambah kekuatan diri.

Adapun langkah yang menjadi kompas dalam melakukan pengorganisasian kesehatan di masyarakat antara lain:

1. INTEGRASI- Sebuah proses dimana seorang penggerak kesehatan masyarakat terlibat bersama di aras komunitas dan menjalin komunikasi serta relasi dengan cara belajar dari budaya yang berkembang di masyarakat. Akan lebih baik jika seorang penggerak kesehatan masyarakat tinggal bersama dengan komunitas untuk membangun kepercayaan dan mempelajari segala potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh komunitas;

2. INVESTIGASI MODAL SOSIAL MASYARAKAT- Investigasi modal sosial merupakan sebuah proses pembelajaran dan analisa yang sistematis mengenai struktur sosial-budaya dan kekuatan atau potensi yang terdapat di target masyarakat yang diorganisir. Dari proses ini diharapkan menghasilkan data terolah yang mampu menggambarkan potret masyarakat yang diorganisir misalnya seperti community leader (pemimpin lokal di aras komunitas basis), potensi kelompok swadaya, tingkat kesehatan, dan lainnya;

3. MEMBANGUN RENCANA DAN STRATEGI- Perencanaan merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi tujuan dan menterjemahkan tujuan tersebut ke dalam kegiatan yang nyata/konkrit dan spesifik. Perencanaan akhir dan pengambilan keputusan akhir dilakukan oleh komunitas yang diorganisir;

4. GROUNDWORK: Proses penajaman dari langkah pengorganisasian, merupakan proses dialogis dan transformatif. Pendekatan yang dilakukan bukan lagi orang per orang tetapi sudah dengan melakukan kelompok-kelompok kecil dengan melakukan dialog mengenai pandangan, impian, analisis, kepercayaan, perilaku yang berkaitan dengan isu/persoalan yang dikeluhkan oleh komunitas. Proses ini bertujuan untuk memastikan keterlibatan kelompok dalam melakukan analisa, pemecahan masalah, dan aksi bersama untuk memecahkan permasalahan tersebut.

5. RAPAT-RAPAT- Mencari tahu budaya, sejarah, kondisi ekonomi, lingkungan, pemimpin lokal, aktivitas formal dan informal, dalam komunitas. Perjumpaan dengan kelompok besar di aras komunitas dilakukan juga untuk mendiskusikan secara formal mengenai isu yang akan dipecahkan bersama;

6. ROLE PLAY: Merupakan sebuah proses dimana anggota kelompok di aras komunitas melakukan simulasi peran melalui dialog, diskusi, lobi, negosiasi, atau bahkan advokasi dalam sebuah studi kasus terkait dengan isu kesehatan yang menjadi permasalahan. Berbagai skenario sebaiknya didesain sehingga memberikan proses pembelajaran bagi komunitas dalam proses penyelesaian masalah;

7. MOBILISASI- Merupakan sebuah langkah aksi dari komunitas untuk mencoba menyelesaikan permasalahan yang muncul. Bekaitan dengan isu yang diangkat mungkin ini bisa berupa negosiasi dan atau dialog disertai dengan tip dan trik yang telah dipersiapkan. Terkait dengan permasalahan ini bisa berupa tindakan mobilisasi anggota dalam komunitas untuk berpartisipasi dalam memulai kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan permasalahan mereka. Misalnya kampanye operasi jentik nyamuk, orasi kesehatan dan lainnya;

8. EVALUASI- Sebuah proses dimana anggota kelompok kesehatan mempunyai keterampilan untuk menilai tentang proses pembelajaran apa yang mereka dapat dari serangkaian kegiatan yang dilakukan, apa yang tidak diraih terkait dengan indikator/hasil yang ditetapkan dalam perencanaan, apa kelebihan dan kelemahan dari proses pelaksanaan aksi yang telah dilakukan dan bagaimana cara meminimalkan segala kelemahan dan kesalahan yang telah dilakukan;

9. REFLEKSI- Sebuah langkah yang seringkali dianggap sepele tetapi disinilah kekuatan spirit sebuah gerakan dalam proses pengorganisasian. Proses refleksi adalah sebuah proses dimana dimensi rasa lebih mengutama untuk kemudian mendorong proses kesadaran diri dari anggota kelompok dalam komunitas. Dalam refleksi, proses pencerahan apa yang terjadi di masing-masing anggota kelompok di aras komunitas dibagikan berdasarkan pengalaman mereka ketika melakukan aksi;

10. PELEMBAGAAN KELOMPOK KESEHATAN- tujuan dari pengorganisasian kesehatan komunitas salah satunya adalah membangun organisasi rakyat yang kokoh sehingga mampu menjadi media yang dapat menjembatani segala persoalan dan aspirasi yang ada di aras komunitas. Proses untuk menentukan pemimpin organisasi, peran-peran dalam organisasi disepati secara demokratis. Demikian juga budaya organisasi dan kesiapan manajemen juga diinisiasi untuk menjamin keberlanjutan organisasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Revitalisasi Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui strategi pengorganisasian komunitas dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam hal penyelesaian masalah kesehatan di aras komunitas basis. Selain itu juga mendorong potensi masyarakat di aras komunitas basis agar dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan dengan penekanan pencegahan penyakit melalui keswadayaan yang berkelanjutan dan kontekstual dengan kebutuhan lokal. Secara skematis dapat dilihat di gambar berikut: Strategi komunitas secara khusus dilakukan untuk melibatkan secara aktif dinamika masyarakat untuk mencegah dan mengatasi faktor risiko potensial penyakit menular maupun tidak menular. Selain itu juga menciptakan agen dengan membentuk kelompok-kelompok kerja masyarakat yang peduli kesehatan dengan PKK desa sebagai penggerak dan LSM/ KSM/ LPM sebagai pendamping.


DAFTAR PUSTAKA:
Modul Pengorganisasian Komunitas, 2005. Christianto, Pusdakota Ubaya (www.pusdakota.org) tidak dipublikasikan;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/Menkes/Sk/Viii/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (Klb);
Evaluasi Model Alokasi Anggaran Kesehatan Untuk Penduduk Miskin Dalam Desentralisasi Kesehatan Dra. Chriswardhani Suryawati, Mkes (Fkm Universitas Diponegoro);
Governance And Decentralization Survey 1+. 2004. Laporan Penelitian, Kerjasama Pusat Studi Kependudukan Dan Kebijakan Ugm – Bank Dunia, Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan;
McTaggart, R. (Spring 1991). Principles for Participatory Action Research. Adult Education Quarterly. vol. 4, no. 3;
Buku Petunjuk Tentang Kemiskinan dan Analisis Sosial, ADB. 2001. Manila (Lampiran 4)
You are subscribed to email updates from Artikel Kedokteran
To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. Email delivery powered by Google
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610

METABOLISME KARBOHIDRAT

1. PENDAHULUAN

Lipid yang terdapat dalam makanan sebagian besar berupa lemak, oleh karena itu metabolisme yang akan dibahas adalah metabolisme lemak.Pada umumnya lipid merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan panas dari tubuh. Makin banyak jumlah lemak makin baik fungsinya mempertahankan panas dalam tubuh.
Pada umunnya 2,5 hingga 3 jam setelah orang makan makanan yang mengan dung banyak lemak, kadar lemak dalam darah akan kembali normal. Dalam darah lemak diangkut dalam tiga bentuk yaitu berbentuk kilomikro, partikel lipoprotein yang sangat kecil dan bentuk asam lemak yang terikat dalam albumin. Kilomikro yang menyebabkan darah tampak keruh terdiri atas lemak 81-82%, protein 2%, fosforlipid 7% dan kolesterol 9%.
Kekeruhan dalam darah akan hilang dan darah akan menjadi jernih kembali apabila darah telah mengalir melalui beberapa organ tubuh atau jaringan-jaringan, karena terjadinya proses hidrolisis lemak oleh enzim lipoprotein lipase. Lipoprotein lipase terdapat dalam sebagian besar jaringan dan dalam jumlah yang banyak dalam jaringan adiposa dan otot jantung. Sebagian besar lemak yang diabsorbsi diangkut ke hati. Disini lemak diubah menjadi fosforlipid dan diangkut ke organ-organ dan jaringan-jaringan.
Pada proses oksidasi 1 gram lemak dihasilkan energi sebesar 9 kkal, sedangkan 1 gram karbohidrat maupun protein hanya menghasilkan 4 kkal. Lemak juga merupakan salah satu bahan makanan yang mengndung vitamin A,D,E,dan K
Pencernaan lemak terutama terjadi dalam usus, karena dalam mulut dan lambung tidak terdapat enzim lipase yang tidak dapat menghidrolisis lemak. Dalam usus lemak diubah dalam bentuk emulsi, sehingga dengan mudah berhubungan denganenzim steapsin dalam cairan pankreas. Hasil akhir proses pencernaan lemak ialah asam lemak, gliserol,monogliserol,digliserida serta sisa trigliserida.. Pegeluaran cairan pankreas dirangsang oleh hormon sekretin dan pankreozimin.
Lemak yang keluar dari lambung masuk ke usus merangsang pengeluaran hormon kolesistokinin yang pada gilirannya menyebabkan kantung empedu berkontraksi hingga mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum. Lipid lainnya yang dapat terhidrolisis oleh cairan pankreas antara lain adalah lesitin oleh fosfolipase, fosfatase, dan esterase. Ester kolesterol dan kolesterol esterase dihidrolisis menjadi kolesterol dan asam lemak






2. PEMBAHASAN

Lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti kloroform,eter, benzena. Senyawa-senyawa lipid tidak mempunyai rumus struktur yang sama dan sifat kimia serta biologinya juga bervariasi.
Beberapa fungsi lipid dalam sistem makhluk hidup adalah sebagai berikut:
• Komponen struktur membran
Semua membran sel termasuk mielin, megandung lipid lapidan ganda. Fungsi membran di antaranya adalah sebagai barier permeabel
• Bentuk energi cadangan
Sebagai fungsi utamatriasilgliserol yang ditemukan dalam jaringan adiposa
• Kofaktor/prekusor enzim
Untuk aktifitas enzim seperti fosfor lipid dala darah, koenzim A dan sebaginya
• Hormon dan vitamin
Prekusor untuk biosintesis prostalgin, hormon steroid, dan lain-lain
• Lapisan pelindung
Untuk mencegah infeksi dan kehilangan atau penambahan air berlebih
• Insulasi barier
Untuk menghindari panas, tekanan listril dan fisik

Lipid berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi kelompok utama yaitu:
• Lipid yang dapat disaponifikasi (saponifikasi lipids)
Contohnya : lemak netral (triasilgliserol),fosfolipid, glikolipid , dan sulfolipid serta senyawa dengan asam karboksilat rantai panjang(asam lemak)
• Lipid yang tidak dapat disaponifikasi (nonsaponifikasi lipids)
Contohnya: steroid,dolikol,ubiquinon,dan vitamin A,D,E,dan K

A. Lemak netral (triasilgliserol)
Merupakan komponen utama lemak cadangan pada sel hewan dan tumbuhan. Triasgliserol berada dalam sejumlah bentuk cair atau padat, bergantung pada asam lemak pokoknya. Umumnya triasgliserol tumbuhan mempunyai titik leleh rendah dan berbentuk cair pada suhu kamar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah asam lemak tak jenuh. Sedangkan triasgliserol hewan mempunyai asam lemak jenuh tinggi. Sehingga berbentuk semipadat atau padat.

a. Katabolisme Triasgliserol
Enzim yang berperan dalam mengkatalis reaksi degradasi lipid adalah enzim lipase. Enzim lipase yang dikeluarkan oleh kantung empedu pankreas, dan sel usus halus berfungsi baik dalam mengkalis degrasi molekul lipid yang sesuai. Proses degradasinya dipengaruhi oleh hormon-hormon tertentu untuk mengaktifkan enzim lipase. Aktifnya enzim ini selanjutnya mendegradasi trigliserida dengan menghidrolisis ikatan ester pada atom C nomor 1 dan 3 saja.Hasil degradasi ini adalah asam lemak bebas dan monoasilgliserol.

b. Anabolisme Triasgliserol
Tahap pertama sintesis trasgliserol ialah pambentukan gliserolfosfat, baik dari gliserol maupun dari dihidroksi aseton fosfat. Reaksi Gliserol berlangsung dalam hati dan ginjal dan Reaksi dihidroksi aseton fosfat berlangsung dalam mukrosa usus serta dalam jaringan adiposa. Selanjutnya gliserolfosfat yang telah terbentuk bereaksi dengan 2 mol asii koenzim A membentuk suatu asam fosfatidat. Tahap berikutnya ialah reaksi hidrolisis asam fosfatidat dengan fosfatase sebagai katalis dan menghasilkan suatu 1,2 gliserida

B. Fosfolipid
Merupakan lipid yang mengandung gugus ester fosfat. Fosforlipid berfungsi terutama sebagai unsur struktur membran.

a. Katabolisme Fosfolipid
Katabolisme fosfolipid terjadi melalu serangkaian reaksi yang dikatalis oleh berbagai enzim. Enzim fosfolipase A1 mengkatalis pemutusan asam lemak yang terikat pada atom C1 dari gliserol. Katalis fosfolipase A2 membebaskan asam lemak yang terikat pada atom C2. Enzim fosfolipid C melepaskan ikatan gliserol dengan fosfat. Dan fosfolipase D membebaskan etanolamin,kolin, serin atau inositol dari suatu fosfolipid sehingga terbentuk fosfotidat

b. Anabolisme Fosfolipid
Jenis-jenis fosfolipid terbentuk dari reaksi yang berbeda-beda. Fosfotidikolin terbentuk melalui reaksi antara 1,2 gliserida dengan sitidindifosfat-kolin (CDP-kolin). Sedangkan fosfotidiletanolamin terbentuk dari reaksi antara 1,2 digliserida dan sitidindifosfat-etanolamin (CDP-etanolamin).
CDp etanolamin dapat bereaksi dengan 1,2 digliserida membentuk fosfatidil etanolamin. Reaksi ini dikatalis oleh fosfoetanolamin transferase. Sementara reaksi antara CDP kolin dengan 1,2 digliserida menggunakan katalis fosfokolin transferase dapat membentuk molekul fosfolipid jenis fosfstidil kolin.

C. Asam Lemak
Asam lemak tersusun dari komponen hidrofobik berupa rantai hidrokarbon dan komponen hidrofilik berupa gugus karboksil. Asam lemak disebut juga asam karboksilat, diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak. Jenis lipid ini terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Umunya asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dengan satu ikatan rangkap seperti asam oleat dapat disintesis oleh organisme tingkat tinggi dari karbohidrat. Golongan asam lemak ini disebut asam lemak nonesensial. Sedangkan asam lemak tak jenuh yang mmepunyai lebih dari dua ikatan rangkap seperti linoleat tidak dapat disintesis oleh organisme tingkat tinggi.Golongan asam lemak ini disebut lemak esensial
Organisme tingkat tinggi seperti mamalia tidak dapat hidup tanpa asam lemak tak jenuh.Sumber asam lemak esensial banyak terdapat pada lemak mentega, minyak kelapa, biji sayuran, minyak hewan dan lain-lain.

a. Katabolisme Asam Lemak
o Asam Lemak Jenuh
Asam lemak yang terjadipada Proses hidrolisis lemak mengalami oksidasi dan menghasilkan asetil koenzim A yang salah satunya hipotesis yang dapt diterima ialah bahwa asam lemak terpotong 2 atom karbon setiap kali oksidasi. Oleh karena oksidasi terjadi pada atom karbon ß, maka oksidasi tersebut dinamakan ß oksidasi. Tapah-tahap pembentukan heksanoil KoA:
 Pembentukan asil KoA dari asam lemak R-CH2CH2COOH berlangsung dengan katalis enzim asetil KoA sintetase atau disebut juga tiokinase dalam dua tahap, yaitu:


 Reaksi kedua ialah reaksi pembentukan enoil KoA cara oksidasi. Enzim asil KoA dehidrognase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Koenzim yang dibutuhkan dalam reaksi ini ialah FAD yang berperan sebagi akseptor hidrogen. Dua molekul ATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari molekul FADH2 melalui sistem transpor elektron.


 Dalam reaksi ketiga ini enzim enoil KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan L-hidroksiasil koenzim A. Reaksi ini ialah hidrasi terhadap ikatan rangkap antara C-2 dan C-3


 Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil koenzim A menjadi ketoasil koenzim A. Enzim L-hidroksiasil koenzim A dehidrogenase merupakan katalis dalam reaksi ini dan melibatkan NAD yang reduksi menjadi NADH. Proses oksidasi kembali NADH ini melalui trasnpor elektron dapat membentuk tiga molekul ATP


 Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C-C sehingga asetil koenzim A dan asetil koenzim A yang mempunyai jumlah atom C dua buah lebih pendek dari molekul semula.


Asil koenzim A yang terbentuk pada reaksi tahap 5 , mengalami metabolisme lebih lanjut melalui reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian seterusnya sampai rantai C pada asam lemak terpecah menjadi molekul-molekul asetil koenzim A. Selanjutnya asetil koenzim A dapat teroksidasi menjdai CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat atau digunakan untuk reaksi-reaksi yang memerlukan asetil KoA.
Dar reaksi-reaksi tahap 1 sampai tahap 5, tampak bahwa semua substrat adalah derivat dari asil koenzim A. Terbentuknya asil koenzim A dari asam lemak memerlukan energi yang diperoleh dari ATP. Perubahan ATP menjadi AMP berarti ada dua buah ikatan fosfat berenergi tinggi yang digunakan untuk membentuk asetil koenzim A.

o Asam lemak Tak Jenuh
Seperti pada asam lemak jenuh , tahap pertama oksidasi asam lemak jenuh adalah pembentukan asilkoenzim A. Selanjutnya molekul asil koenzim A dari asam lemak tidak jenuh tersebut mengalami pemecahan melalui proses ß oksidasi seperti molekul asam lemak jenuh, hingga terbentuk senyawa –sil-sil-sil KoA atau tans-sil-sil KoA, yang tergantng pada letak ikatan rangkap pada molekul tersebut
Linoleil KoA yang terbentuk kemudian dipecah melalui proses ß oksidasi, sehingga menghasilkan 3 molekul asetil KoA dan ∆3 sis-∆6-sis- dienoil KoA, oleh enzim isomerase diubah menjadi ∆2 trans--∆6-sis- dienoil KoA. Senyawa ini kemudian mengalami proses α oksidasi sehingga menghasilkan 2 molekul asetil KoA dan ∆2 sis- dienoil KoA yang oleh enzim hidratase diubah menjadi D(-) ß-hidroksiasil KoA. Dan selanjutnya mengalami proses epimerasiasi yang dibantu oleh enzim epimerase membentuk L(+) ß oksidasi dan dengan terbentuknya 4 molekul asetil KoA maka selesailah rangkaian reaksi kimia pada proses oksidasi asam linoleat tersebut. Dari 1 molekul asam linolet terbentuk 9 molekul asetil KoA

b. Anabolisme Asam Lemak
Sintesis asam lemak berasal dari asetil KoA yang terdapat pada sitoplasma. Reaksi awal adalah korboksilasi asetil koenzim A menjadi malonil koenzim A. Reaksi ini melibatkan HCO3- dan energi dari ATP. Reaksi pembentukan koenzim A sebenarnya terdiri atas dua reaksi sebagai berikut :
Biotin – enzim + ATP + HCO3- ↔ CO2- -- biotin – enzim + ADP + Pi
CO2--- biotin– enzim + asetil KoA malonil KoA + biotin – enzim
Biotin terikat pada suatu protein yang disebut protein pengengkutan karboksilbiotin. Biotin karboksilase adalah enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi karboksilasi biotin. Reaksi kedua ialah pemindahan gugs karboksilat kepada asetil koenzim A. Katalis dalam reaksi ini adalah transkarboksilase.

3. KESIMPULAN
Lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti kloroform,eter, benzena. Senyawa-senyawa lipid tidak mempunyai rumus struktur yang sama dan sifat kimia serta biologinya juga bervariasi
Lipid berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi kelompok utama yaitu:Lipid yang dapat disaponifikasi (saponifikasi lipids),Lipid yang tidak dapat disaponifikasi (nonsaponifikasi lipids).
. Triasgliserol berada dalam sejumlah bentuk cair atau padat, bergantung pada asam lemak pokoknya. Triasgliserol tumbuhan mempunyai titik leleh rendah dan berbentuk cair pada suhu kamar yang disebabkan oleh banyaknya jumlah asam lemak tak jenuh. Sedangkan triasgliserol hewan mempunyai asam lemak jenuh tinggi. Sehingga berbentuk semipadat atau padat.
Fosforlipid merupakan lipid yang mengandung gugus ester fosfat. Fosforlipid berfungsi terutama sebagai unsur struktur membran
Asam lemak tersusun dari komponen hidrofobik berupa rantai hidrokarbon dan komponen hidrofilik berupa gugus karboksil. Asam lemak disebut juga asam karboksilat, diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak. Jenis lipid ini terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Dan telah dipaparkan reaksi-reaksi katabolisme dan anabolisme asam lemak jenuh dan tak jenuh.


4. DAFTAR PUSTAKA
• Poedjiadi,Anna,1994, Dasar-Dasar Biokimia,Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia
• Murray Md,Phd,Robert K,1997,Biokimia Harper edisi 24,Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
• Hamid A.Toha,Abdul,2001,Biokimia Metabolisme Biomolekul,Bandung:Penerbit Alfabeta
• Martoharsono,Seoharsono,2000,Biokimia jilid 2,Yogyakarta:Penerbit Universitas Gajah Mada

Obat Peningkat Sistem Imun

BERTAHUN-tahun diketahui manfaat sayuran bagi kesehatan tubuh. Namun para ahli kimia pangan tetap dibuat penasaran mengenai misteri di balik manfaat sayuran untuk pencegahan penyakit. Pengungkapan misteri di balik sayur-mayur beberapa tahun akhir ini memang banyak menjadi perhatian para peneliti dalam mencegah penyakit. Fenomena-fenomena unik yang berkembang saat ini, misalnya berkait dengan cara penyembuhan penyakit kesehatan yang diistilahkan dengan ”herbal healing”.

Gerakan kembali ke alam menjadi alah satu faktor pendorong konsumsi tumbuh-tumbuhan dan sayuran sebagai sarana menuju hidup sehat dari penyakit tubuh dan berumur panjang dalam merawat kesehatan tubuh. Kondisi ini secara tidak langsung menumbuhkan masyarakat baru yaitu pengkonsumsi tumbuhan dan sayuran untuk mencegah penyakit.

Agar dapat memanfaatkan berbagai jenis sayuran secara optimal dibutuhkan penelitian dalam waktu panjang. Para peneliti di Jepang tampaknya sudah menangkap prospek bisnis dari manfaat sayuran dalam usaha untuk pencegahan penyakit. Sehingga banyak para peneliti di bidang kimia alam menaruh perhatian pada berbagai jenis sayuran serta bahan bumbu yang terdapat dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat dikawasan Asia, karena di samping keragamannya tinggi, sayuran Asia mempunyai sifat spesifik mengatasi penyakit untuk daerah tropis.

Kekebalan Tubuh
Penelitian yang dilakukan tim peneliti Jepang di bawah pimpinan Masatoshi Yamazaki menemukan fenomena baru dari observasi terhadap 14 jenis sayuran untuk mengobati penyakit kesehatan. Empat belas sayuran yang diteliti adalah jenis sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat umum sehari-hari untuk mengatasi penyakit. Penelitian mengindikasikan adanya semacam senyawa yang mempunyai sifat menstimulasi tubuh memproduksi senyawa, yang diistilahkan dengan TNF (Tumor Necrosis Factor). TNF adalah senyawa aktif dalam tubuh yang dapat berfungsi untuk meluruhkan sel-sel tumor dan penyakit tubuh.
Nilai lebih dari senyawa yang terkandung di dalam sayuran itu di samping mempunyai sifat seperti TNF, mempunyai kemampuan pula menstimulasi daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh yang diistilahkan dengan immunopotentiator. Dari 14 jenis sayuran ini, empat jenis di antaranya yaitu seperti kol, wortel, bayam, dan buncis ternyata mempunyai potensi tinggi untuk menginduksi tumbuhnya faktor kekebalan di dalam tubuh.
Hasil uji yang dilakukan terhadap sifat immunopotentiator ini, sayuran seperti wortel, kubis, dan bayam mempunyai aktivitas stimulan yang kuat sepadan dengan interferon dan OK-432 serum. Kedua senyawa ini, interferon dan OK-432 serum, adalah senyawa yang secara luas sudah digunakan di rumah-rumah sakit untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh pada pasien yang umumnya terjangkit kanker.

Percobaan yang dilakukan pada hewan percobaan yang mendapat suntikan ekstrak sayuran menunjukkan TNF yang dihasilkan mencapai 1000 U/ml, dua kali lipat dari yang dihasilkan dengan perlakuan interferon atau OK-432 yang hanya mencapai 500 U/ml. Namun demikian tidak berarti bahwa semakin banyak makan ekstrak sayuran maka TNF yang diproduksi didalam tubuh akan bertambah tinggi.

Ternyata ada ambang batas maksimal untuk tiap jenis sayuran yang memiliki pengaruh terhadap produksi TNF di dalam tubuh, walaupun dosis ekstrak sayuran yang dikonsumsi sama. Misalnya, ekstrak bayam dan kol yang disuntikkan ke dalam tubuh tikus percobaan sampai di atas dosis 13ul/hewan, justru produksi TNF menjadi turun. Berbeda dengan wortel atau buncis yang di atas dosis tersebut masih menunjukkan kenaikan dari produksi TNF.
Dengan demikian, kalau kita akan memanfaatkan khasiat sayuran, tentunya juga harus cukup selektif. Artinya selektif dalam memilih sayuran yang mempunyai pengaruh stimulator pembentukan TNF tinggi, tapi cukup aman bagi yang mengonsumsi. Kadang kala ada orang yang tidak dapat makan sayuran berserat tinggi, atau mengandung kadar kristal oxalat tinggi, seperti bayam atau kangkung.

Penulis adalah staf peneliti bioteknologi/mikrobiologi di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

www.sinarharapan.co.id/